Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada sayyidil anam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga
dan para sahabatnya.
Di
Madinatirrasul, ada seorang mujahid bernama Abu Qudamah Asy-Syami. Abu Qudamah al-Syami adalah seorang laki-laki yang Allah tanamkan kecintaan
kepada jihad di jalan-Nya. Beberapa peperangan melawan Romawi telah ia ikuti.
Keberanian dan kemahirannya dalam berperang tidaklah diragukan lagi.
Pada suatu hari
Abu Qudamah sedang
berbincang dengan sahabat-sahabatnya di Masjid Nabawi. Orang-orang yang duduk di majelisnya memintanya untuk
menceritakan kisah paling menakjubkan yang pernah ia jumpai di medan jihad.
Kemudian mulailah ia menceritakan kisah paling menyentuh dan menakjubkan yang
pernah ia temui.
Pada suatu hari
saat ia berangkat berjihad menghadapi tentara Romawi, ia melewati kota Raqqah
di pinggiran sungai Farrat. Tujuannya ke sana untuk membeli beberapa ekor unta
untuk berjihad.
Saat berada di
Raqqah, ada seorang wanita mendatanginya. Wanita tadi mengabarkan, ia ingin
bershadaqah dengan rambutnya untuk jihad fi sabilillah. Ia telah memotong
rambutnya yang panjang, lalu ia keraskan dengan lumpur. Ia meminta Abu Qudamah
untuk menerima rambutnya tersebut untuk digunakan sebagai cemeti dan tali
kendali kuda para mujahid.
Wanita tadi
memberitahukan, suaminya telah berjihad dan menemui kesyahidan. Anak-anaknya
juga demikian, mereka berjihad dan telah menemui kesyahidan. Tidak tersisa dari
anak laki-lakinya kecuali seorang remaja yang baru berumur 15 tahun. Walau
umurnya masih kecil tapi ia rajin puasa dan shalat malam, hafal Al-Qur'an, ahli
berkuda dan pandai berperang. Anak tersebut adalah remaja paling tampan dan
paling shalih di antara anak remaja seumurannya.
Ia
memberitahukan, anaknya sedang keluar kota yang cukup jauh. Jika ia sudah
datang maka akan ia kirimkan berjihad bersama Abu Qudamah. Ia menjadikannya
sebagai hadiah untuk Allah dan berharap Allah memberikan kesyahidan
padanya.
Abu Qudamah
menunggu kedatangan remaja tadi cukup lama, namun tak kunjung tiba. Lalu ia dan
pasukannya meninggalkan kota Raqqah untuk berjihad melawan pasukan Romawi.
Perjalanan tersebut memakan waktu berhari-hari. Di tengah perjalanan tersebut,
pasukan bertemu dengan remaja yang diceritakan wantia tadi. Remaja mujahid
tersebut berada di atas kudanya. Ia berbincang dengan Abu Qudamah. Mengenalkan
diri, ia anak wanita yang telah ditemuinya. Ayah dan saudara-saudaranya telah
lebih dulu berjumpa dengan Allah sebagai syuhada'. Ia sangat ingin mendapatkan
kesyahidan sebagaimana mereka.
Sebenarnya Abu
Qudamah ingin menolak anak tersebut karena usianya yang masih belia. Ia
khawatir akan keselamatannya. Tapi anak tadi terus mendesak agar bisa ikut
berjhad dengannya. Ia mengaku memahami trik perang Romawi dan pandai memanah,
hafal Al-Qur'an, memahami sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia
menyampaikan ingin menjadi seorang syahid putra dari bapak yang syahid (Syahid
bin Syahid).
Sang remaja
mengabarkan kepada Abu Qudamah bahwa ibunya menitipkan dirinya kepadanya. Sang
bunda memintanya agar bersungguh-sungguh mencari kesyahidan. Tidak boleh lari
menghindar dari orang kafir dan kabur dari medan perang. Hendaknya ia
menghibahkan dirinya kepada Allah dan memohon kepada-Nya supaya bisa
berdampingan dengan ayahnya, saudara-saudara dan pamannya.
Abu Qudamah
terenyuh dengan apa yang didengarnya. Ia meminta kepada sang anak untuk selalu
bersamanya. Posisi pasukan mujahidin sudah mendekati pasukan Romawi saat
matahari tenggelam. Saat itu pasukan mujahidin sedang berpuasa. Maka anak
remaja yang pandai berkuda itu memasakkan makanan berbuka untuk mereka.
Setelah semua
usai maka anak remaja tadi tidur sangat nyenyak. Abu Qudamah memandanginya.
Tiba-tiba anak tersebut tertawa di tengah tidurnya. Abu Qudamah pun memanggil
sehabat-sahabatnya untuk melihat anak yang tertidur sambil tertawa tadi karena
terheran-terheran dengan pemandangan tersebut.
Saat anak
remaja terbangun, Abu Qudamah dan para sahabatnya menanyakan perihal sebab
tertawanya saat tidur. Ia memberitahu mereka, ia telah bermimpi dalam tidurnya
sehingga membuatnya tertawa.
Ia
menceritakan, telah bermimpi berada di taman yang hijau. Di tengah-tengahnya
terdapat istana dari emas dan perak. Di dalam istana tersebut terdapat
gadis-gadis cantik yang wajah mereka laksana bulan. Saat mereka melihatnya,
mereka menghampirinya untuk menyambutnya. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada
salah seorang dari mereka. Namun mereka berkata kepadanya, "Jangan
terburu-buru. Sesungguhnya kamu itu suami bagi wanita yang diridhai, ia berada
di dalam istana."
Kemudian ia
naik ke dalam istana, ia melihat gadis yang wajahnya laksana matahari.
Kecantikannya membuat mata terbelalak dan kesemsem padanya. Gadis itu
memberitahu, remaja itu untuk dirinya dan dirinya untuk remaja tersebut. Saat
remaja tadi mengulurkan tangannya kepadanya, ia berkata padanya: "Jangan
buru-buru. Waktu yang dijanjikan antara aku dan engkau adalah besok saat shalat
Zuhur. Maka bergembiralah!"
Keesokan
harinya, di pagi-pagi buta pasukan mujahidin bertemu dengan pasukan Romawi.
Peperangan pun pecah. Romawi menggempur pasukan mujahidin. Remaja penunggang
kuda bersama saudara-saudaranya dari kalangan mujahidin memberikan perlawanan
yang tak kalah kuatnya. Khususnya remaja tersebut, ia berperang dengan penuh
keberanian sampai berhasil membunuh cukup banyak dari pasukan lawan.
Peperangan
berlangsung cukup lama. Jatuh korban dari dua pihak. Namun, peperangan berakhir
dengan kemenangan kaum muslimin.
Abu Qadamah
mulai mencari keberadaan remaja penunggang kuda. Saat ditemukan ia dalam
kondisi terluka. Darah mengucur dari badannya. Sementara debu menutupi
tubuhnya.
Saat
menghampirinya, sang remaja menuturkan bahwa mimpinya benar-benar terbukti.
Seorang bidadari yang ia lihat dalam mimpinya berdiri di sisi kepalanya
menunggu ruhnya keluar.
Remaja tersebut
meminta Abu Qudamah agar membawa bajunya yang berlumuran darah kepada ibunya.
Supaya beliau tahu bahwa anaknya tidak menyia-nyiakan wasiatnya. Lalu ia
mengucapkan dua kalimat syahadat dan ruhnya keluar. Ia berjumpa dengan Allah
sebagai syahid. Para mujahidin mengafaninya dengan bajunya, lalu menguburkannya
di tempatnya.
Abu Qudamah
kembali ke Raqqah. Ia lewat di depan rumah wanita, ibu remaja syahid. Ia
berjumpa dengan adik wanitanya yang berdiri di depan pintu rumahnya menanyakan
kepada mujahidin yang baru datang tentang kabar saudaranya yang ikut berjihad.
Kemudian Abu Qudamah minta izin untuk bisa berbicara dengan ibunya.
Sang ibu
keluar. Saat melihat Abu Qudamah, ia berkata kepadanya: "Wahai Abu
Qudamah, engkau datang untuk berbela sungkawa atau menyampaikan kabar
gembira?"
Abu Qudamah
menjawab, "Apa beda antara kabar gembira dan bela sungkawa?"
Wanita tersebut
menjawab, "Jika anakku pulang bersama kalian dalam keadaan selamat berarti
engkau sedang berbela sungkawa. Jika anakku terbunuh sebagai syahid fi
sabilillah berarti engkau datang memberi kabar gembira?"
Abu Qudamah
berkata kepadanya, "Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah menerima
hadiahmu, anakmu telah berjumpa dengan Allah sebagai syahid."
Sang ibu sangat
gembira dan berkata, "Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah Yang telah
menjadikannya sebagai simpanan bagiku pada hari kiamat."
___________
Ya Allah jadikanlah kami orang tua yang mampu menghadiahkan putra
putrinya bagi-Mu sebagaimana yang telah dilakukan oleh salah seorang hamba-Mu
yang shalihah ini.
- Kisah antara Abu Qudamah dengan wanita yang jujur
imannya dan sangat sabar ini terdapat dalam Kitab Masyari' al-Asywaq,
Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin al-Nuhhasal-Dimasyqi al-Dimyathi, gugur
sebagai syahid pada tahun: 814 Hijriyah: I/258-290. Kisah ini juga
disebutkan Imam Ahmad bin al-Jauzi al-Dimasyqi dalam kitabnya: Suuq
al-'Arusy wa Uns al-Nufus.