Namun Direktur Pusat Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Yusuf S Djajadihardja menyatakan gunung yang memiliki bentuk vulkano ini dipastikan tidak berada di jalur vulkanik sehingga diperkirakan tidak akan meletus.
Dia juga mengatakan ditemukannya gunung di bawah laut juga bisa menjawab tentang siklus gempa 200 tahunan di perairan barat Sumatera. Berikut petikan wawancara okezone dengan Yusuf S Djajadihardja di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (29/5/2009).
Kapan penelitian mulai dilakukan ?
Penelitian dilakukan sejak 9 Mei hingga 27 Mei. Ini melanjutkan penelitian pascagempa dan tsunami Aceh 2004 lalu. Ada 12 penelitian, dan penelitian dilakukan untuk bisa membuktikan adanya gempa tsunami.
Mengapa baru ditemukan sekarang ?
Gunung itu ditemukan di zona ring of fire. Kami meneliti bersama dengan para ahli geologi ini berasal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas, dan IPG (Institut de Physique du Globe). Ditemukannya ini juga karena baru kita dan para ahli geologi itu saja yang datang ke wilayah itu. Sebelumnya pernah juga ditemukan gunung bawah laut di daerah lainnya.
Apa sebenarnya tujuan penelitian ini ?
Kita kan melakukan penelitian ini karena sebelumnya ada gempa tsunami di Aceh, sesudah gempa kami melakukan sebuah penelitian. Dalam gempa tersebut ada lebih dari delapan hipotesa semuanya mempunyai bukti masing-masing dan belum tahu mana yang benar.
Penelitian ini dilakukan karena sebelumnya di perairan barat Sumatera ada dugaan siklus gempa besar 200 tahunan. Kita juga ingin mengetahui struktur bagian dalam geofisikanya.
Penelitian ini dilakukan sebelum dan sesudah gempa terjadi supaya dapat diketahui. Jika terjadi gempa kita bisa mengetahui sebelum dan sesudah gempa tersebut. Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa yang dapat menimbulkan tsunami.
Apakah gunung tersebut berpotensi untuk meletus ?
Gunung bawah tanah yang ditemukan di bawah laut perairan barat Sumatera bukan berada di jalur vulkanik. Gunung di bawah laut tersebut belum dapat dipastikan itu aktif atau tidak aktif, Vulkano atau bukan. Tapi memang ini mirip dengan (gunung) vulkano.
Di mana lokasi ditemukannya gunung bawah laut tersebut ?
Gunung tersebut berada di perairan barat Sumatera atau tepatnya Bengkulu, khususnya di Kepulauan Mentawai dengan ketinggian 4.600 meter dan dalamnya 5.900 meter dan luas 50 km persegi.
Apakah di zaman dahulu kala di wilayah tersebut ada kehidupan ?
Kita juga belum bisa mengetahui, apakah di daerah tersebut dulu ada peradaban atau tidak. Tapi itu tidak mungkin karena letaknya di dalam kerak samudra, di bagian dalam zona subduksi.
Apakah gunung itu menyambung ke Gunung Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda?
Tidak, krakatau ada di jalur vulkanik. Gunung yang ditemukan ini berada di jalur subduksi. Zona subduksi atau zona penunjaman adalah zona menunjamnya (bend downward) lempeng samudra ke bawah lempeng benua.
Sumber : Okezone.com
KETERANGAN LAIN MENGATAKAN :
Para pakar geologi Indonesia, AS dan Prancis berhasil menemukan gunung api bawah laut raksasa berdiameter 50 km dan tinggi 4.600 meter yang berada 330 km arah barat Kota Bengkulu.
Para ahli geologi ini berasal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.
Gunung api bawah laut berada di Palung Sunda di barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5,9 km dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.
Meskipun gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, para pakar mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api bawah laut ini. “Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,” katanya.Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGG Veritas itu adalah yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.
Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km) yang meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.
Sejak gempa dan tsunami akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, terjadi banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumatera yang menarik minat banyak peneliti asing.
Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam (deep seismic image).
Sebagai perbandingan, Gunung Berapi terbesar saat ini adalah Gunung Berapi Mauna Loa yang berada di kePulauan Hawaii, AS dengan diameter “hanya” 17 Km dengan tinggi 4000M setara dengan 85% dari pulau Hawaii itu sendiri atau Gunung Berapi Krakatau yang meledak tahun 1883 dengan diameter 11 Km dan tinggi 2000 m , yang ledakannya terdengar sampai Pulau Rodrigues, Afrika,setara dengan 30.000 kali Bom Atom.